Malam itu tak seperti malam dengan tanggal yang sama di tahun-tahun sebelumnya, biasanya ia menikmati setiap malam dengan ritual yang sama denga malam-malam lainnya, saat jari-jari jam dinding mendayu-dayu membawanya ke alam yang tak terdefenisikan, lalu melayang lah ia kedalam pangkuan malam, tenang dan nikmat…
Tapi malam ini tepatnya dua tahun ini agak sedikit berbeda, setiap malam dengan moment yang sama seolah-olah orang-orang disekitarnya bersepakat untuk membuat polusi suara, tanpa peduli siapapun terganggu, atau mungkin karena orang-orang itu sudah mulai menerapkankan konsep positif thinking, ya dalam artian semua orang akan menikmati polusi-polusi yang mereka buat bagai pencinta puisi yang mendengarkan syair-syair merdu langsung dilantunkan oleh pujangga pujaan mereka. Entahlah dunia ini selalu berubah…
Lalu tiba-tiba ia teringat akan hukum Gauss yang diajarkan oleh guru kimianya dulu… hukum ketidak teraturan,’kesembrautan’. Simplenya begini kisah tentang hukum itu, alam semesta itu akan selalu bergerak menuju ketidak teraturan dan kekusutan contoh kecilnya saja, kalo disetiap pagi hari orang-orang yang mau berangkat bekerja sudah berdandan dengan sempurna, bajunya rapi, wajahnya cling, senyumnya masih simetris…. Tapi udah fitrahnya dengan sendirinya baju tersebut bisa jadi kusut lagi, wajah jadi kusam, senyumamnya mungkin jadi berubah bentuk seperti tanda halilintar di jidad harry potter…. Makanya bagaimana pun lamanya orang-orang merapikan dirinya ia tetap perlu memperbaikinya lagi, karena disantet dengan ilmu apapun hukum Gauss tetap berlaku…
Dan tampaklah ia mangut-mangut sendiri di malam yang tak sepi lagi itu, mungkin tidak hanya baju yang terkena hukum gauss tapi juga perangai orang-orang disekitarnya terimbas juga, entahlah…
Ia mencoba kembali memejamkan matanya, menikmati kasur yang membenamkannya diantara busa-busa berongga hingga punggungnya berhasil merasakan kerasnya lantai kamarnya, namum entah roh jahat apa yang mengganggu pikiranya sehingga membuatnya matanya yang sudah liam tidak bias mengatup sempurna, hidup segan, mati pun tak mau, entah peribahasa itu cocok buatnya atau tidak tapi itulah yang terucap dari lisannya. Bosan terkatung-katung akhirnya pemuda seperempat abad itu berhalusinasi…
seolah melihat catatan cita-citanya tahun-tahun lalu…
masih sangat sedikit sekali yang sudah tercapai…
lalu ia mendengar bisikan-bisikan jauh didalam dirinya sendiri, masuk kedalam membran timpani, berputar-putar di jalur setengah lingkaran, melonjak-lonjak dalam rumah siput, menggetarkanya lalu berteriak di otaknya,
OI INSAN…. SADARKAH KAU…….
WAKTU TERUS BERJALAN SEDANG USIAMU TERUS BERKURANG……
SADARKAH KAU APA SAJA YANG TELAH KAU PERBUAT KINI????????????????
APA SAJA YANG SUDAH BISA KAU BANGGAKAN?????????
APA SAJA???????
APA SAJA???????
APA SAJA???????
Apa saja yang sudah bisa engkau banggakan??? Terutama dimata TUHANMu!!!!!!!!!
APA SAJA???????????????????????????????????????????????????????????????
Tubuhnya bergetar…
Hatinya bergetar…
matanya bergetar…
pita suaranya juga ikut bergetar…
hingga getaran tubuhnya membuatnya tersadar..
ia tidak sedang berhalusinasi tapi ia benar-benar sedang melihat 100 impian yang pernah ditulisnya saat ia masih tahun pertama duduk bangku kuliahan dulu, catatan itu sudah mulai usang, namun coretan keberhasilan masihlah sedikit mewarnai kertas itu. Ya… ia benar-benar terlena selama ini seperempat abad usianya ia masih lah sama seperti tahun sebelumnya, masih berhutang banyak hal, berhutang janji, berhutang mimpi, berhutang prestasi,
masih sedikit amalannya…
dan yang masih selalu banyak pada dirinya…
masihlah saja dosa.
Tepat di tengah dahsyatnya semua getaran-getaran itu menyerbunya tiba-tiba getaran dari gelombang transversal dari teropet-terompet manusia abad 21 yang tak jelas lagi apakah puncak dan lembahnya masih serasi itu pun ikut serta menderanya, mempertegas getaran pita suaranya hingga menjadi isakan yang menyayat hati, memperderas air bah di pelupuk matanya hingga membanjiri bola kecil dunianya…
Dan akhirnya ia tahu Tuhan hadirkan hukum Gauss dimalam ini untuk memperingati dirinya
Bertambah tua usianya tapi masih menggunung kehinaannya…
jangan sampai saat hari ini ia menikmati kembang api
suatu hari nanti tubuhnya pula yang mengembangkan api…
Bandung, 3 januari 2011 - 00:23
Berharap kita juga bisa sepertinya…
Sepertinya yang keimanannya naik dan turun…
Naik menhujam ke angkasa…
Turun tak pernah buat ia tersungkur…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar